Rabu, 14 April 2021

#SuakaMargaKata: OJA


#KamisMenulis selalu menghadirkan nuansa baru meski masih dalam format lama, permainan #SuakaMargaKata. Walaupun masih dikemas dalam #AprilChalenge namun tetap menghadirkan suasana tersendiri setiap edisi #KamisMenulis. 

Edisi kali ini masih seputar permainan #SuakaMargaKata: OJA yang diawali huruf O, sesuai jadwal #AprilChalenge hari ini sampai pada huruf ke-15 yaitu huruf O. Awalnya saya belum ngeh jika tantangan #KamisMenulis kali ini adalah kata OJA. Setelah di grup Lagerunal ramai membahas kata tersebut barulah saya nyambung (sudah mulai lemot ini yaaa...).

Segeralah kubuka KBBI dan mengetikkan kata OJA tersebut, namun di dalam KBBI tersebut tidak dijelaskan artinya. Maka saya pun browsing di google, dan ketemulah kata OJA yang dimaksud.


Dari kamus tersebut saya ketahui bahwa oja, meng-oja (v) artinya 1 menggalakkan (ayam dan sebagainya) supaya menyerang lawannya; 2 ki memberanikan, menghasut. Setelah memahami arti dari kosa kata tersebut fikiran saya langsung teringat pada anak-anak yang suka bermain sambil membawa ayam jantan yang masih muda. Mereka mencari ayam jantan yang lain yang masih liar kemudian di-oja-kanlah ayam yang dibawanya tadi supaya saling melawan.

Menurut pemikiran saya, hal ini kurang baik bagi perkembangan mereka. Bisa jadi jika hal itu menjadi kebiasaan mereka maka akan berdampak negatif dalam perkembangan mereka. Kemungkinan yang paling mendekati adalah mereka akan terlatih menjadi tukang sabung ayam. Kemungkinan yang lain yang juga perlu dikhawatirkan adalah ketika si ayam yang berhasil di-oja-kan tadi kalah dalam adu tanding, ayam yang belum diketahui siapa tuannya, akan diambil oleh anak-anak tersebut.

Dalam satu kesempatan di kelas, di sela-sela jam belajar saya selipkan nasehat kepada anak-anak didik saya supaya jangan sampai melakukan perbuatan itu (dalam bahasa kami mbumbung ayam). Saya jelaskan pada mereka, selain berdosa karena mengadu hewan (yang notebene adalah sama-sama ciptaan Tuhan) juga berdosa apabila sampai ayam yang bukan miliknya mereka tangkap juga itu berarti mereka mengambil yang bukan haknya. Memang tidak mudah mengubah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan, namun saya berharap agar sedikit nasehat yang saya berikan kepada anak-anak didik saya bisa membatasi  perilaku mereka yang akhirnya bisa meninggalkan kebiasaan mbumbung ayam.





Ngabuburit

 

Menunggu tiba waktu berbuka puasa memang paling enak adalah jalan-jalan sambil menikmati suasana sore. Jalan-jalan tidak perlu ke tempat-tempat yang mewah, bisa ke mana saja sekedar untuk menyegarkan pikiran setelah seharian berpuasa. Kegiatan ngabuburit ini lebih menyenangkan lagi jika dilakukan bersama keluarga tercinta. Jalan-jalan, bercengkerama, mendatangi pasar kuliner atau menhabiskan waktu di taman bisa kita lakukan mengisi kegiatan ngabuburit.

Meski sudah tidak asing lagi di telinga kita, ternyata istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda. Berdasarkan Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari kalimat "ngalantung ngadagoan burit", yang berarti bersantai sambil menunggu waktu sore.

Seiring berjalannya waktu, istilah ngabuburit kemudian digunakan untuk menyebut kegiatan yang dilakukan pada sore hari untuk menunggu waktu berbuka puasa. 

Seperti yang biasa kulakukan setiap sore hari ketika bulan Ramadhan, setelah memandikan anak-anak kuajak mereka pergi jalan-jalan naik motor bertiga. Sang istri tidak ikut karena masih sibuk dengan urusan dapur menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Tidak ada destinasi khusus untuk ngabuburit, jadi cukup diajak jalan menyusuri kampung, atau juga menuju titik kumpul yang menjadi tempat andalan di tempat kami yaitu "jembatan ponton".

Jembatan ponton ini menjadi tempat andalan menjadi titik kumpul, baik untuk marathon di pagi hari atau ngabuburit di petang hari karena lokasi jembatan yang cukup strategis. Jembatannya sangat besar dan permanen, namun jalan yang dihubungkan jembatan ini bukan jalan lintas utama sehingga lalu lintas kendaraan cukup sepi. Sehingga tidak dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan lalu lintas. Selain itu, jembatan ini membelah sungai Musi sehingga menambah daya tarik tersendiri untuk berlama-lama menikmati keindahan alam sungai Musi dari atas jembatan.

Sumber: 
wikipedia
kompas.com

Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...