Senin, 19 Juli 2021

Masuk ke kamar ini lagi, setelah sekian tahun tidak bertandang membawa alam pikiran melayang ke beberapa tahun silam. Kamar yang penuh kenangan, di mana masa-masa yang penuh perjuangan.

Kembali Berhari Raya di Bina Sain

Cuaca seharian ini sangat cerah, bahkan cenderung panas. Bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa sunah Arafah akan terasa sekali panasnya. Tidak seperti hari-hari kemarin yang suhu udaranya cenderung dingin menusuk tulang.

Seperti biasanya, karena tidak ada ketetapan hari libur menjelang hari raya Idul Adha saya pun mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah cukup singkat, tidak sampai sepuluh menit sudah sampai.

Sampai di sekolah, kawan-kawan guru yang lain sudah berada di kantor. Mereka membicarakan ibu dari salah seorang kawan guru meninggal dunia. Sontak saya terkejut mendengar berita itu, sebab beliau belum sepuh nian namun memang sudah sakit-sakitan. 

Jam pembelajaran tatap muka tidak diizinkan lebih dari dua jam, sehingga jam belajar anak-anak tidak diperbolehkan lewat dari pukul setengah sepuluh pagi. Itu pun masing-masing kelas dibagi ke dalam dua kelompok belajar yang pelaksanaan belajarnya di selang seling hari.

Protokol kesehatan ketat tetap terus dilaksanakan. Memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak selalu kami ingatkan kepada anak-anak didik kami. Hal itu dilakukan supaya anak-anak terbiasa menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupannya. 

Sebelum pulang, kami sempatkan terlebih dahulu takziah ke tempat ibunda kawan kami yang meninggal. Sampai di rumah duka, jenazah baru akan dimandikan. Karena ada keperluan lain yang harus diselesaikan, kami tidak bisa menunggu hingga pemakaman selesai. 

Semakin siang cuaca semakin panas.  Momen hari raya Idul Adha ini saya lewati tanpa keluarga kecil, karena ibunya anak-anak masih menyelesaikan kegiatan PPG-nya di Palembang. Supaya tidak terlalu terasa kesendiriannya saya berencana untuk berlebaran di tempat kakak di Bina Sain, sebuah perkebunan kelapa sawit tempat kakak ipar saya bekerja. Selepas dhuhur segera saya bersiap-siap. Rumah diberesin sebelum ditinggal pergi. Lampu luar dan ruang tengah dihidupkan sebagai panjaran. Saya berangkat menunggu cuaca agak teduh sedikit.

Pukul tiga sore saya berangkat ke Bina Sain. Kondisi jalan lumayan bagus dan kering karena beberapa hari tidak turun hujan. Jangan ditanya bagaimana kondisi jalan menuju ke Bina Sain ketika musim hujan. Jalanan bonyok berlumpur sudah pasti jika turun hujan. Jalanan tanah merah jika tersiram hujan akan becek dan licin. Sebaliknya jika lama tidak turun hujan kondisi jalan kering dan berdebu.


Perlu waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai di lokasi perkebunan. Kembali ke tempat ini membuat memori saya melayang ke beberapa tahun silam, di mana saya menghabiskan waktu bujang sebelum berumah tangga. Banyak kenangan baik suka ataupun duka di perkebunan ini, di mana saya mulai mencari pekerjaan hingga sampai seperti sekarang ini.

Rasanya akan panjang dan lebar jika dituliskan semua kisah perjalanan saya ini. Bahagia rasanya setelah beberapa tahun tidak ada kesempatan untuk mengulang ke tempat bersejarah ini, namun saat ini bisa terwujud mengulangi momen berlebaran di Bina Sain tempat yang memberikan berjuta kenangan.

 

Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...