Kamis, 09 September 2021

Budaya Antre

Istilah itu sudah tidak asing lagi, bahkan sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika masih duduk dbangku SD aku hanya mendengar istilah budaya antre ini dari guru yang mengajar materi di kelas. Maklum saja, bangku sekolah dasar kuenyam di desa yang notabene masih jarang dari hiruk pikuk keramaian yang menyebabkan harus mengantre.

Ketika menginjak kelas 6 sekolahku dipindah ke sebuah kota dingin di Jawa Tengah. Salatiga nama kotanya. Sebagai anak baru, pindahan dari desa lumayan kaget juga dengan suasana di kota. Yang tepat lumayan heran sih. He..he.. Suasana di kota sangat jauh dibandingkan dengan suasana di desaku. Apalagi jaman itu masih tahun 1993 aku pindah sekolah ke kota Salatiga. Bisa dibayangkan bagaimana suasana saat itu.

Slogan budaya antre tidak hanya kudapatkan di bangku sekolah saja. Namun, hampir di setiap tempat pelayanan publik menempelkan slogan "budaya antre" ini di dinding ruangan yang mudah terlihat oleh orang banyak (pengunjung). Sebut saja misalnya di kantor pos, bank, atau di tempat-tempat umum lainnya. Slogan yang ketika itu hanya kudapatkan dalam materi pelajaran di bangku sekolah kutemukan di dunia nyata.

Slogan "budaya antre" dibuat dalam upaya untuk menertibkan para konsumen/pengunjung supaya tidak berebut saling dahulu mendahului untuk minta dilayani. Pada masa itu belum pelayanan masih manual. Beda seperti sekarang, semua sudah serba menggunakan mesin. Jika kita berkunjung ke bank atau pelayanan publik lainnya misalnya, begitu masuk ruangan tinggal mencet tombol nomor antrean di mesin tersebut sehingga keluarlah nomor antrean kita. Setelah mendapatkan nomor tersebut kita bisa menunggu sambil duduk di bangku yang disediakan dalam ruangan tersebut.

Budaya antre pun sangat layak untuk kita perkenalkan kepada anak-anak didik kita sedini mungkin. Bahkan kepada siswa baru kelas satu pun harus mulai diperkenalkan budaya antre ini, supaya anak-anak didik kita terbiasa dengan kebiasaan antre ketika menunggu giliran dirinya tiba. Baik itu dalam menyetorkan tugas kepada bapak atau ibu gurunya ataupun dalam kegiatan yang lainnya, sehingga mereka akan terlatih dari kecil.

Selain itu budaya antre juga mengajarkan kita akan arti sebuah kesabaran. Tak jarang ketika kita mengurus sesuatu hal yang mana dituntut untuk cepat selesai sering kali kita merasa kurang sabar menunggu antrean. Sehingga yang timbul sikap menggerutu mengapa lama sekali gilirannya tiba. Kita bisa mengisi waktu menunggu antrean dengan hal-hal yang positif. Misalnya mencari artikel-artikel yang bermanfaat menggunakan gawai, mengikuti kulwa, atau hal positif lainnya.

Dengan menatati slogan budaya antre yang sudah ditetapkan maka akan tercipta ketertiban dalam lingkungan tersebut dan pekerjaan pun akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu mari kita tetap selalu membudayakan antre, juga selalu mengajarkan budaya antre kepada anak-anak kita, baik anak-anak kita di rumah ataupun anak-anak didik kita di sekolah.

#salamliterasi
#salamKamisMenulis



Serunya Festival Panen Hasil Belajar PGP Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas Tahun 2024

Foto: Dokumentasi Pribadi oleh Abdul Hadi Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas telah selesai, ditandai dengan pe...