Sabtu, 30 Januari 2021

Resume 2 - Pengalaman adalah Inspirasi Menulisku

Materi ini disampaikan oleh Bunda Eva, salah seorang penulis yang berhasil menerbitkan bukunya di penerbit andi di Yogyakarta alumni Menulis Bersama Om Jay Gelombang 7.

Beliau berbagi pengalaman dalam menulis dan menerbitkan buku. Belajar tahap demi tahap, mengeksplorasi dan elaborasi konsep dari setiap narasumber yang dihadirkan hingga akhirnya beliau bisa mewujudkannya menjadi aksi nyata menulis dan melahirkan buku yang berjudul “Kelas Maya - Membangun Ekosistem E-Learning di Rumah Belajar” yang seizin Allah berhasil lolos evaluasi dan diterbitkan oleh penerbit Andi.

Berselang tujuh bulan sejak bergabung dengan kelas menulis di grup WA, beliau berhasil merampungkan menulis dua buku, 1 buku sudah diterbitkan penerbit mayor (penerbit Andi), 1 buku dalam tahap editing berjudul “Optimalisasi Model-Model Pembelajaran Inovatif”. Saat kegiatan kelas online ini berlangsung, beliau sedang menulis buku dengan judul “Belajar Merdeka, Merdeka Belajar”.

Kegiatan menulis beliau awali ketika ikut bergabung dan menimba ilmu mengikuti setiap rangkaian materi yang disajikan dalam forum belajar menulis gelombang 7 di bulan Maret 2020 bertepatan dengan pandemi Covid-19, dimana rasanya seperti membuang-buang waktu dan bingung harus berbuat apa karena mendadak penerapan PJJ. Ternyata pandemi membawa berkah bagi beliau dalam meningkatkan kompetensi menulis dengan bergabung di grup menulis Om Jay. Setiap hari dituntut menulis tiga paragraf, dimulai dari ide-ide yang dilemparkan Om Jay ke peserta. Tema yang diberikan misalnya kucing, siomay, anak bayi, dan lain-lain. Dari tema yang dilemparkan tadi, diharapkan peserta bisa merangkai kata hingga minimal 3 paragraf.

Dari hari ke hari, semakin bertambah pengalaman. Hadirnya narasumber-narasumber yang luar biasa menginspirasi, membuat semangat menulis beliau semakin besar. Dari hanya menulis pentigraf, minimal 3 paragraf hingga menuangkan resume materi dalam tulisan blog. Setiap peserta wajib membuat resume dan memosting di blog. Itulah pengalaman luar biasa yang bisa menghantarkan beliau melahirkan sebuah buku untuk pertama kali.

Pada satu kesempatan beliau mendapatkan materi dari Prof. Richardus Eko Indrajit, dan mendapatkan tantangan untuk berkolaborasi menulis bersama dalam waktu satu minggu. Pada malam itu belum ada yang mengiyakan. Dalam benak peserta berfikir GILAAA..!! menulis dalam waktu seminggu, bisakah?

Hingga hari berikutnya, Om Jay melemparkan sederet tema yang ditawarkan oleh Prof. Eko dan peserta diminta menjawab siapa yang bersedia untuk menuliskan nama dan nomor HP. Tema yang ditawarkan keren-keren, IT semua. Namun demikian, meski sebagai guru TIK beliau merasa belum memiliki potensi untuk menuliskan konsep-konsep tema yang ditawarkan Prof. Eko saat itu. Untuk menjawab tantangan dan membuktikan kemampuannya menulis buku, beliau menuliskan nama dan nomor HP hingga digabungkan dalam grup menulis bersama Prof. Eko. Tergabunglah sebanyak 21 orang peserta yang bersedia.

Hari pertama, beliau menyodorkan main map tentang buku yang akan ditulis. Main map tersebut beliau dapatkan dari belajar menulis bersama Akbar Zainudin, penulis buku “Man Jadda Wa Jadda”. Main map tersebut beliau tuangkan dalam outline yang hari itu juga disetujui oleh Prof. Eko. Mendapatkan jawaban VERRY GOOD dan beliau diminta membuat daftar isi kemudian dikirim ke Prof. Eko. Semangat menulis mulai bangkit akan tetapi masih bingung sendiri.

Hari kedua, beliau berhasil menyerahkan outline (daftar isi) buku yang akan ditulis. Cover buku yang dibuat Prof. Eko semakin menjadikan penyemangat beliau.

Hari ketiga, keempat, dan kelima dilewati dengan penuh khusu’, fokus, dan tanpa membuang-buang waktu. Benar-benar berada pada kegilaan menulis, sehingga mau tidurpun rasanya otak masih berfokus dan berfikir tulisan dan ide apalagi yang harus ditambahkan. Selama seminggu benar-benar pikiran, hati dan raga menjadi satu seiring sejalan, tak ingat lagi yang lain. Dalam ingatan hanya deadline yang hampir habis dan tulisan harus kelar. Dalam hati beliau selalu berdo’a dan meminta kemudahan dan kesehatan pada yang Maha Kuasa.

Pengalaman mengagumkan yang tidak akan terlupakan. Beliau bisa membuktikan bahwa mampu menulis buku dalam waktu 1 minggu, dengan editing 2 minggu siap disetorkan ke Prof. Eko untuk disempurnakan dan dikirim ke penerbit. Dari 21 peserta hanya 11 orang yang berhasil menjawab tantangan tersebut. Setelah melalui evaluasi terpilihlah 9 orang penulis yang akan berkolaborasi dengan Prof. Eko berhasil diterima tanpa revisi, termasuk beliau salah satunya. Tentu saja satu pengalaman yang luar biasa dan menjadi kepuasan batin yang tak ternilai harganya. Pengalaman luar biasa itulah yang menjadi inspirasi beliau dalam menulis selanjutnya.

Satu pesan sebagai motivasi kepada para penulis pemula dari beliau adalah “ketika kita menulis dengan niat berbagi Allah akan membukakan jalan dan mempertemukan kita dengan orang-orang hebat yang luar biasa mengisnpirasi dan selalu  berbagi”. Satu prinsip yang senantiasa beliau pegang hingga saat ini adalah semakin dibagi semakin tak terbatas. Artinya semakin diniatkan untuk berbagi, ada saja ide-ide yang muncul dalam pikiran dan hati kita. Sebelumnya apa yang beliau lihat dan alami tidak pernah terpikirkan untuk dibagikan apalagi dituangkan dalam bentuk buku. Namun setelah pecah telur, buku pertama terbit semakin memotivasi beliau untuk menghasilkan karya-karya yang lainnya. 

Merpati vs Dara

Pagi ini ketika semua orang tengah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing seperti biasanya ada yang masak, menjemur cucian, ngepel lantai, dan saya sendiri sibuk ngasuh kedua buah hati saya plus satu keponakan buah hati adik ipar. Waaaahhh...rame sekali yaaa rumahnya? Iya, karena kami memang lagi berkumpul di tempat mertua, selain sebagai kewajiban seorang anak menjenguk orang tua juga sekalian ada keperluan belanja barang-barang ATK sedikit. 

Disaat kami tengah sibuk masing-masing, tiba-tiba ada seekor burung masuk ke rumah bagian belakang. Kontan Bundanya anak-anak memanggil anak-anak untuk melihatnya. Karena agak jinak, dapat ditangkaplah burung tersebut dan dimasukkan ke dalam keranjang plastik yang biasa dipakai untuk wadah jemuran kering. Melihat burung tersebut anak-anak bertanya kegirangan. "Yah, ini burung apa?" tanya putri sulung saya dengan logat anak-anaknya. "Pakde, ini burung apa?" tak mau ketinggalan pula sang keponakan pun ikut bertanya. "Burung Dara." jawab saya. Tak mau ketinggalan Bundanya anak-anak pun ikut menjawab "burung Merpati." Merasa jawaban kami berbeda saya pun bertanya, "Bukannya burung merpati tu yang berwarna putih agak kecil itu?" Tantenya yang dari tadi juga menyimak obrolan kami menimpali sambil ngepel, "Bukannya burung Dara itu ya burung Merpati? Burung Merpati itu bahasa Indonesia dari burung Dara." katanya.


Merasa tidak puas dan penasaran dengan obrolan kami, saya pun mengambil HP dan googling. Setelah saya ketikkan "Merpati" di kolom pencarian google, keluarlah bermacam devinisi merpati. Disitu terdapat satu uraian yang menjelaskan bahwa burung Merpati itu juga burung Dara. Jadi burung Dara nama lain (sinonim) dari burung Merpati. Oooo ternyata Merpati = Dara. 






Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...