Selasa, 14 Maret 2023

Banjir Melanda Sekolahku

Minggu pagi sekira pukul sembilan aku baru membuka gawai dan melihat percakapan di WA grup sekolah yang ternyata telah ramai percakapan guru-guru kami yang menginformasikan bahwa air banjir luapan dari sungai Musi sudah mulai naik hampir sampai ke bibir teras perpustakaan yang mana gedung perpustakaan merupakan gedung yang paling rendah semenjak gedung sekolah kami mendapatkan rehap dari dinas PUPR dan selesai pada akhir tahun lalu. 

Memang sudah menjadi langganan setiap musim penghujan tiba, sekolah kami terkena dampak luapan sungai Musi. Kejadian ini menjadi peristiwa yang paling parah selama empat tahun terakhir. Bagiku sendiri ini adalah kejadian pertama kalinya melihat secara langsung kondisi sekolah yang terrendam banjir. Meskipun sekolah tempat tugasku yang lama terletak ditepi sungai Musi namun, terletak pada posisi yang lebih tinggi (tebing = bahasa daerah musi) sehingga meskipun debit air sungai Musi naik tapi tidak sampai menggenangi sekolah kami. Berbeda dengan sekolah tempat tugasku yang baru ini, setiap kali debit air sungai Musi naik pasti pertama sekali terkena dampak luapannya. 

Kembali ke topik pembicaraan, dalam percakapan melalui chat wa grup tadi juga dikirimkan beberapa foto keadaan sekolah pagi itu.

Sumber : Kiriman Guru di WA Grup Sekolah

Sumber : Kiriman Guru di WA Grup Sekolah

Sontak saja, membaca berita di WA Grup sekolah tersebut aku langsung bergegas menuju sekolah yang berjarak tempuh kurang lebih sepuluh menit dari rumah. Benar saja, setiba di lokasi air benar-benar sudah meluap. Di jalan depan sekolah air sudah setinggi lutut orang dewasa, sedangkan di halaman sekolah kami tinggi air masih sebatas betis orang dewasa.

Karena lupa membawa kunci kantor, segera kuminta tolong siswa kami yang kebetulan main air di lokasi sekolah untuk meminjam kunci kantor dan perpustakaan sekolah di rumah salah satu guru kami guna mengecek buku-buku perpustakaan dan perabotan kantor. Alhamdulillah pagi-pagi sekali beberapa orang guru kami sudah sigap untuk memindahkan buku-buku ke rak yang lebih tinggi. Keadaan semakin bertambah parah, volume air semakin meningkat. Tinggi ketika kutinggal pulang sudah sampai pada tangga kedua dan mulai naik ke teras perpustakaan.

Senin pagi, 13 Maret 2023 dengan ditemani beberapa orang guru aku mengecek kondisi sekolah. Jika kemarin banjir masih di sekitar lokasi sekolah, kini banjir sudah meluap ke mana-mana. Di jalan masuk kampung pun sudah terendam banjir. Kondisi air yang ketika kemarin aku tinggal baru memasuki teras perpustakaan, kini benar-benar sudah masuk ke dalam perpustakaan dan bahkan sudah sampai pada bibir teras gedung baru, di mana pondasi gedung yang baru sudah ditinggikan sekitar satu meter atau lebih. Kami menuju sekolah memilih jalan belakang sekolah karena jika lewat jalan depan sekolah tinggi air sudah sebatas dada orang dewasa. 

Hampir di sepanjang kampung air sudah masuk ke rumah-rumah penduduk. Tampak warga desa yang terkurung banjir di dalam rumahnya. Anak-anak yang bermain rakit batang pisang ataupun warga desa yang naik biduk mengevakuasi keluarganya dari banjir. Meskipun kami memilih jalan belakang sekolah tetap saja tingi air masih sebatas pusat orang dewasa.

Sumber: Dok Pribadi

Sumber: Dok Pribadi

Sumber : Kiriman Guru di WA Grup Sekolah

Sesampainya di sekolah, kami benar-benar dibuat terpana dengan pemandangan yang ada di depan mata. Bangunan sekolah benar-benar sudah dikepung oleh banjir. Air yang kemarin sebatas betis orang dewasa, kini benar-benar sudah sampai ke bibir teras. 



Celana yang semula kusingsingkan supaya tidak basah kini benar-benar tidak diindahkan lagi. Kami semua  nyemplung senyemplung-nyemplungnya, sudah tidak memikirkan lagi pakaian yang basah. Barang-barang di ruang kantor segera kami naikkan ke atas meja. Tak lupa kami cek kembali buku-buku di perpustakaan. Lagi-lagi kami dibuat terkesima. Air sudah sampai ke rak ketiga tempat kami menyimpan buku-buku kemarin. Pun juga hambal yang biasa kami gunakan untuk sholat Duha telah basah terkena air. Alhasil kami pun segera memindahkan buku-buku dan hambal tersebut ke atas meja, mencari tempat yang sela di antara buku-buku yang sudah disusun sebelumnya.

Sumber: Kiriman Guru di WA Grup Sekolah

Sumber: Kiriman Guru di WA Grup Sekolah

Setelah semua selesai kami pun pulang kembali ke rumah masing-masing melalui jalan belakang sekolah tadi. Kondisi banjir yang seperti ini tidak hanya terjadi di sekolahku saja. Kondisi serupa juga terjadi di jembatan menuju kampungku di Trans Muara Rengas. Volume air juga meningkat dengan cepat hingga selutut orang dewasa. Jika kondisi air tidak segera surut, kami benar-benar terkurung oleh banjir karena jembatan itu satu-satunya akses jalan ke luar dan masuk kampung kami. 

Berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, kami mendapat himbauan dari Dinas Pendidikan melalui Kasie Kurikulum SD bahwa untuk menghindari resiko hanyut dan tenggelam proses pembelajaran diliburkan sampai kondisi normal kembali. Kami hanya bisa berdo'a semoga banjir ini segera surut sehingga aktivitas belajar mengajar bisa kembali berjalan normal.

Serunya Festival Panen Hasil Belajar PGP Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas Tahun 2024

Foto: Dokumentasi Pribadi oleh Abdul Hadi Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas telah selesai, ditandai dengan pe...