Rabu, 30 Juni 2021

Dua


Kamis, 1 Juli 2021 memulai aktivitas ngeblog lagi setelah sekian lama vakum dari Komunitas Lagerunal. Tema yang diusung pada #KamisMenulis kali ini adalah Dua. Karena satu dan lain hal, pada #KamisMenulis edisi sebelumnya dengan tema Satu, saya tidak berkesempatan mengikutinya. Kali ini dengan tema Dua saya mencoba ikut meramaikan dunia persilatan blogger Lagerunal. He..he..he..

Berbicara tentang tema #KamisMenulis dua, saya langsung terinspirasi dari kedua buah hati saya. Aisyah Nuha Zahira dan Abdillah Abqary Agam. Sangat bersyukur di usia pernikahan saya yang ke delapan tahun ini telah dikarunia dua buah hati yang imut-imut. Sudah lengkap sepasang pula, satu cewek dan satu cowok. Meskipun di luar sana juga banyak pasangan suami istri yang sudah dikaruniai buah hati yang lengkap, namun tak sedikit pula yang masih menantikan kehadiran buah hati yang sangat diharapkan untuk melengkapi kebahagian dalam berumah tangga. Oleh karena itu, rasa syukur yang tak terhingga selalu saya ucapkan kepada Allah SWT atas amanah sekaligus anugerah yang telah diberikan kepada kami yang harus selalu kami jaga segenap jiwa raga kami.

Saya dan istri menikah pada tahun 2013 silam, tepatnya tanggal 21 April 2013 bertepatan dengan Hari Kartini. Setelah lewat dua tahun lebih masa pernikahan, kami mulai diselimuti kegelisahan dan kecemasan karena belum juga ada tanda-tanda kami akan dianugerahi momongan. Meskipun tidak kami tampakkan, namun kami merasa tidak enak sendiri jika ditanya-tanya mengenai momongan. Yang bisa saya lakukan dalam setiap sholat saya adalah memohon kepada-Nya agar diberi anugerah yang kami harapkan.

Alhamdulillah tepat pada tanggal 18 November 2016 buah hati kami yang pertama lahir ke dunia ini. Aisyah Nuha Zahira, nama yang saya berikan padanya. Dengan harapan kelak menjadi anak yang cerdas, berbakti kepada orang tua, agama, nusa dan bangsa serta bisa membanggakan orang tua dan keluarga. Proses persalinan buah hati kami yang pertama ini adalah pengalaman baru yang tak terlupakan bagi kami. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, begitu memasuki masa cuti melahirkan, isteri saya antar ke tempat mertua dengan alasan selain akses ke rumah sakit dekat juga supaya isteri saya lebih tenang secara emosional karena melahirkan dekat dengan orang tuanya.

Ketika sudah menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan, isteri saya segera dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Palembang. Pada saat itu posisi saya masuh di dusun. Malam itu juga saya langsung berangkat ke Palembang dengan menumpang travel yang sudah dipesankan oleh adik ipar. Masuk rumah sakit sudah sehari semalam namun si kecil belum juga lahir. Karena merasa sudah tidak tahan lagi, akhirnya diambil keputusan untuk dilakukan operasi saecar. Proses operasi berjalan kurang lebih lima belas menit saja. Lahirlah buah hati kami yang pertama.

Dua setengah tahun berikutnya, tepatnya tanggal 26 Maret 2020 lahirlah buah hati kami yang kedua. Abdillah Abqary Agam, nama yang berikan padanya. Tidak mau mengulangi proses yang sama seperti persalinan yang pertama, kali ini istri saya langsung minta persalinan secara saecar. Saya pun menyetujuinya. Berbeda dengan yang pertama, kali ini persalinan dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Rika Amelia Palembang. Ditangani oleh dokter yang selama ini memeriksa kandungan istri saya sedari kehamilan yang pertama dulu.

Sekarang kedua buah hati kami sudah tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang mungil. Sang kakak telah berusia 4 tahun 7 bulan, sedangkan adiknya sudah berusia 1 tahun 3 bulan. Harapan kami semoga selalu diberi kesehatan sehingga bisa menunggui dan mengawasi setiap tumbuh kembang kedua buah hati kami hingga dewasa kelak. 




 

Libur Hari Ketiga

Rutinitas di hari libur sekolah masih seperti biasanya. Hari ini hari ketiga libur sekolah. Bangun tidur langsung ambil wudhu' untuk sholat subuh. Suasana di luar masih gelap. Tidak seperti biasanya, pagi ini terasa lebih dingin. Selain karena semalaman lupa mematikan kipas angin juga karena semalam hujan gerimis. Sore hari kemarin mendung sangat tebal namun tidak juga turun hujan, hanya gerimis saja.

Cuaca di kota Palembang memang sangat panas sehingga membuat anak-anak tidak betah jika tidur tanpa menghidupkan kipas angin. Hal ini bertolak belakang dengan ayahnya yang tidak tahan dengan kipas angin. Biasanya tengah malam saya mematikan kipas angin, namun karena terlalu nyenyak tidur saya lupa mematikannya. Efeknya ketika bangun tidur terasa sangat dingin hingga saya pun harus memakai jaket untuk mengurangi dinginnya udara pagi.

Pagi ini ibunya anak-anak masih sibuk mempersiapkan kegiatan PPG-nya, sehingga anak-anak menjadi urusan saya. Baik itu memandikan ataupun menyiapkan makannya, sudah tidak canggung lagi saya lakukan. Hal itu karena sedari kecil saya sudah terbiasa mengasuh keponakan-keponakan saya. Seperti pagi ini, setelah anak-anak bangun tidur dan bermain sebentar segera saya memandikan mereka. Setelah mandi mereka pun tampak lebih segar. 

Sembari menunggu masakan masak, anak-anak makan kudapan yang dibeli dari warung langganan tempat membeli sayur. Memang kalau di kota tidak kesulitan mencari makanan. Jika tidak ada di warung penjual sayur langganan, ada saja penjaja kue keliling yang lewat di depan rumah. Dari penjaja kue tradisional getuk lindri, bubur kacang ijo, sampai roti sobek pun ada.

Beranjak siang, si kecil sudah tidur. Kulihat batang sawo di depan rumah ternyata sudah banyak buahnya yang tua. Karena rasanya yang manis, anak-anak pun menyukainya. Tanpa berpikir panjang lagi segera kuambil jolok untuk memetik buah sawo. Memetiknya harus berhati-hati, jangan sampai jatuh dan pecah. Jika buah sawo yang dipetik pecah maka tidak akan bisa masak. Untuk memetik buah sawo yang batang ke atap rumah, kuambil tangga lipat untuk naik ke atas teras. Hasil panen buah sawo dapat satu ember. Lumayan untuk dimakan bersama-sama.

Supaya bisa masak dengan sempurna, perawatan buah sawo harus teliti. Setelah selesai dipanen, buahnya dicuci sambil disikat dengan sikat cuci atau sabut kelapa untuk menghilangkan kulit ari buah sawo tersebut. Banyak yang bilang jika tidak disikat kulit arinya maka buah sawo tidak bisa masak. Oleh karenanya saya sikat kulit ari buah sawo sampai bersih. Biasanya setelah diperam dua hari buah sawo sudah mulai masak dan siap untuk dimakan.

Kegiatan libur sekolah ini lebih banyak saya habiskan mengasuh anak-anak karena ibunya sedang mengikuti kegiatan PPG secara daring sehingga harus fokus supaya nantinya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Hal itu memberi kepuasan tersendiri karena bisa menghabiskan waktu sambil bermain bersama bocil-bocil.


Serunya Festival Panen Hasil Belajar PGP Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas Tahun 2024

Foto: Dokumentasi Pribadi oleh Abdul Hadi Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas telah selesai, ditandai dengan pe...