Kamis, 23 Juni 2022

Kenangan Masa Kecil

Membahas tema #KamisMenulis edisi 23 Juni 2022 hari ini tentang Permainan Tradisional, mengingatkanku pada masa kecil dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD. Aku merupakan murid baru  di satu sekolah dasar di kota dingin Salatiga pindahan dari sebuah desa. Sebagai anak baru pindahan dari desa tentu saja banyak hal yang baru diketahui ketika datang ke kota. Termasuk salah satu permainan tradisional ini. Teman-teman menyebut permainan ini "betengan". Sebenarnya di desaku pun sudah ada permainan ini tetapi dengan nama yang berbeda. Anak-anak di desaku menyebut permainan ini dengan istilah "cablekan". 

Cara bermain kedua permainan ini sama, yaitu dimainkan oleh dua kelompok. Anggota kelompok tergantung pada banyaknya anak-anak yang mengikuti permainan itu. Semakin banyak anak yang mengikuti akan semakin seru permainan itu. Kedua kelompok mencari tiang/pohon yang berseberangan sebagai pos masing-masing. Tiap-tiap anggota kelompok akan saling menantang untuk disentuh (diceblek) oleh lawannya. 

Anggota kelompok yang tersentuh oleh lawannya (mati) akan berdiri merentangkan kedua tangan di samping tiang lawan. Anggota kelompoknya yang lain akan membantu membebaskan lagi (hidup) dengan menyentuh tangannya. Di sinilah keseruan permainan ini. Kedua kelompok saling mematikan lawan masing-masing dengan menyentuhnya, dan anggota kelompoknya akan membebaskan anggota yang mati dengan menyentuhnya pula. Siapa yang kuat berlari maka akan terhindar sari sentuhan musuhnya.

Satu kenangan yang mengingatkanku pada permainan ini adalah peristiwa kecelakaan yang kualami ketika sedang seru-serunya bermain. Kebetulan hari itu habis hujan jadi halaman sekolah lumayan licin. Ketika sedang berlari menghindari musuh dan melompati pagar ternyata pagarnya licin. Naas, aku terpeleset hingga kaki kananku terantuk pagar tembok. Ketika kulihat, lukanya cukup dalam. Akupun berhenti bermain dan bermaksud membasuh lukaku ke kran di seberang halaman sekolah dengan tertatih-tatih. Aku tak tahu jika halaman sekolah yang tergenang air (halaman sekolah disemen) ternyata licin. Naas yang kedua aku terpeleset lagi. Rasanya mau menangis tapi malu dilihat teman-teman.

Luka dikakiku cukup dalam sampai menimbulkan infeksi sehingga berjalan pun harus dengan terpincang-pincang. Jika melihat bekas luka di kakiku, mengingatkanku pada peristiwa masa kecil yang ceroboh dan kurang hati-hati dalam bermain. 

Seiring perkembangan zaman, permainan tradisional ini sudah semakin jarang dimainkan oleh anak-anak sekarang ini. Oleh karenanya sangat perlu kita kenalkan kepada anak-anak kita. Tentu saja harus penuh dengan pesan supaya mereka berhati-hati dalam bermain agar tidak sampai yerjadi kecelakaan seperti yang aku alami.

Serunya Festival Panen Hasil Belajar PGP Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas Tahun 2024

Foto: Dokumentasi Pribadi oleh Abdul Hadi Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas telah selesai, ditandai dengan pe...