Rabu, 17 November 2021

Guru Profesiku

Nasib seseorang tidak ada yang tahu. Perjalanan hidup membawaku sampai pada titik sekarang ini. Liku-liku perjalanan hidup mengantarkanku pada profesi menjadi seorang guru. Guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Sudah seyogyanya aku merasa bangga dengan profesi ini. 

ANBK jenjang SD sudah mulai dilaksanakan sejak hari Senin kemarin. Sekolahku mendapat jadwal pada gelombang 2 (17-18 November 2021). Sesuai peraturan Dinas Pendidikan, pengawas dalam pelaksanaan ANBK ini secara silang antar sekolah. Dari sekolah kami, aku yang ditugaskan untuk mengawas ke sekolah tempatku pertama kali mengabdikan diri menjadi seorang guru.

Lokasi sekolah tersebut terletak di dalam perkebunan kelapa sawit yang jaraknya lumayan jauh juga, sekitar 20 km dari rumah. Yang namanya di perkebunan bisa dibayangkan bagaimana kondisinya. Jalannya masih tanah merah, jauh dari yang namanya aspal. Jika musim kemarau berdebu, jika musim penghujan jalannya becek berlumpur. Namun, hal tersebut bukan hal yang baru bagiku. Toh sebelum pindah ke luar kebun, dulu juga merupakan pemandangan setiap hari bagiku. 

Hari pertama pelaksanaan ANBK berjalan lancar. Pagi-pagi cuaca sangat cerah sehingga tak ada halangan dalam perjalanan menuju ke lokasi. Hanya saja kondisi jalan di dalam perkebunan berupa bebatuan yang lumayan besar sehingga aku tidak bisa mengendarai motorku dengan cepat. Goncangan-goncangan akibat menerobos jalanan berbatu membuat kedua tanganku sedikit kesakitan. Namun, tak berapa lama sudah pulih kembali. Sesampainya di lokasi, ANBK dimulai pukul 08.00 sehingga masih bisa instirahat sejenak.

Pelaksanaan ANBK menggunakan moda semi online. Dari awal sesi satu hingga sesi dua berakhir, peserta ANBK bisa menyelesaikannya dengan baik. Kondisi jaringan pun juga stabil sehingga pelaksanaan ANBK berjalan lancar. 

Hari kedua, pagi2 aku sudah menyiapkan sepatu boot dikarenakan semalam hujan deras. Bisa dipastikan jalan ke lokasi bonyok habis. 

"Om, di dalam hujan deras. Bagaimana, besok pagi bisa masuk nggak?" teringat chat kawanku semalam, guru di sekolah tempat pelaksanaan ANBK. 

"Semoga saja bisa Budhe" jawabku membesarkan hati.

Benar saja, dampak dari hujan semalam jalanan menjadi becek berlumpur.

Mengendarai sepeda motor harus ekstra hati-hati. Jangan sampai salah rem. Sepeda motor pun mulai meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan. Nasehat kawan yang masih selalu kuingat ketika melewati jalan licin berlumpur seperti itu, ikuti saja ke mana arah stang motor berjalan dan jangan sampai menggunakan rem depan. Itulah yang aku lakukan selama di perjalanan ini.

Kondisi jalan yang seperti itu membuat perjalanan menjadi sedikit lebih lama. Karena aku tidak bisa mengendarai sepeda motor dengan cepat. Jika kondisi jalan kering biasa ditempuh dalam waktu tiga puluh menit, perjalanan ini kutempuh dalam waktu sejam lebih sedikit. 

Meski harus menempuh jalan yang lumayan licin namun, aku sangat bersyukur bisa menunaikan tugas dengan baik dan lancar. Aku anggap hal ini sebagai bagian dari konsekuensi profesi sebagai guru. Hal positif yang kujadikan pegangan adalah aku melaksanakan tugas ini dengan senang hati. Selain bisa menunaikan tugas, aku juga bisa menjalin silaturahmi dengan kawan-kawan satu sekolah tempat aku mengabdi dulu.

Mentari mulai menampakkan wajahnya tatkala Aisyah membuka pintu depan. Sinarnya terasa sangat lembut. Udara sangat segar. Tak ada ada bekas hujan di teras seperti hari-hari sebelumnya. Memasuki musim penghujan ini hampir setiap malam turun hujan. Namun, dari kemarin sore cuaca  sangat cerah. 

Sudah menjadi kebiasaan Aisyah setelah sholat subuh membersihkan setiap ruangan dari ruang tengah, ruang tamu, hingga ke teras depan rumahnya. Hal itu ia lakukan dengan senang hati. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan untuk menjadi anak yang rajin.

Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...