Minggu, 04 April 2021

Motivasi Menulis di Kala Sakit



Disampaikan oleh Bapak Suharto, S.Ag., M.Pd yang akrab dipanggil Cing Ato atau Cang Ato, guru Fikih (PAI) di MTsN 5 Jakarta.

Awal menulis beliau mulai ketika pada suatu hari sedang rame-ramenya istilah literasi, hingga mengusik keingintahuannya. Apa sih literasi itu? Hingga beliau harus membuka buku Kamus Bahasa Indonesia.

Mulailah beliau berkelana ke dunia maya, mencari pelatihan literasi. Beliau mendapatkan postingan tentang pelatihan menulis PTK dan tidak beliau sia-siakan, beliau ikut pelatihan tersebut. Di situlah beliau megenal bang Namin, Om Jay, Om dedi, Om Dian Kelana, dan lainnya.

Sekitar tahun 2015-2016 beliau mengikuti acara mereka, diantaranya yaitu: penulisan PTK, public speaking, dan writing camp bath 6. Slanjutnya, setiap kali liburan sekolah beliau mencari pelatihan  walaupun berbayar dan jauh dari rumah serta harus meninggalkan keluarga berhari-hari. Hasil dari pelatihan tersebut, beliau bisa membuat PTK dan buku antologi.

Pada Desember 2017, beliau mengikuti pelatihan Madia guru di daerah Cipanas. Dari pelatihan ini beliau menghasilkan buku solo perdananya “Mengejar Azan”. Buku cerita perjalanan hidup dalam menuntut ilmu. Saking bangganya hingga seorang teman pelukis beliau minta untuk melukis bukunya tersebut dan belau pajang di ruang tamu.

Namun untung tak dapat diraih, tiba-tiba badai tornado memporak-porandakan kebahagiaan beliau. Tepatnya tanggal 19 Juli 2018, seluruh badan beliau lumpuh tak bisa bergerak. Bahkan bernafaspun tak bisa, dan secepatnya beliau ke rumah sakit. Beliau terserang penyakit langka yaitu GBS (Guillain Barre Syndrome). Penyakit yang mematikan seluruh syaraf hingga bernafaspun harus dibantu dengan mesin ventilator dan oksigen.

Satu tahun beliau tidak bisa bergerak sama sekali. Pulang dari rumah sakitpun masih dalam kondisi sakit dan memakai oksigen. Dengan kepasrahan dan kesabaran istri dan keluarga, akhirnya mulailah tangan kiri bergerak diikuti oleh tangan kanan. Butuh waktu 6 bulan tangan bisa menyentuh wajah, sementara jari jemari masih kaku. Tak banyak yang bisa beliau perbuat pada saat itu, kecuali menunggu takdir dan keajaiban. Satu tahun setengah putus hubungan dengan dunia luar.

Pada suatu ketika, beliau mendengan bunyi hp istrinya. Beliau minta perawat untuk meletakkan hp tersebut di atas dadanya, sementara tempat tidur ditinggikan sehingga belau bisa melihat hp. Beliau mencoba menyentuh layar hp dengan jari yang kaku, ternyata bisa. Ketika istri beliau pulang dari mengajar, beliau langsung meminta hp milik beliau. Alhamdulillah hp masih ada hanya kartunya yang sudah tidak aktif. Saat itu istri beliau membelikan kartu baru. Akhirnya hp beliau hidup kembali.

Beliau melacak akun facebook selama tiga hari baru ketemu. Sejak itulah beliau memposting kondisi beliau hingga seluruh sahabat dan murid mengetahui kondisi beliau, hingga gelombang sahabat dan murid berdatangan.

Selanjutnya beliau berfikir, apa yang harus diperbuat agar hidupnya bermanfaat walaupun dalam kondisi sakit. Berdasarkan pengalaman menulis buku perdana, beliau menulis apa yang beliau bisa, kuasai, dan cukup dengan bahasa yang sederhana. Yang penting bisa dibaca dan dicerna. Hingga akhirnya setiap hari beliau menulis crita perjalanan penyakit yang beliau alami. Banyak follower yang menghampiri. Kemudian untuk mengisi hari-hari yang kosong, beliau menulis artikel dengan satu tema yaitu motivasi.

Beliau menulis setiap ba’da subuh hingga pukul 07.00. Terkadang sambil terapi beliau menulis, ketika hendak tidur hingga belum bisa tidur sebelum punya ide untuk menulis. Jika kehabisan ide beliau membaca buku, melihat televisi, YouTube, tulisan orang lain, ikut dengerin acara pak Mrio Teguh, pak Ari Ginanjar, bahkan beliau juga mendengar topeng, lenong, lagu Betawi karena kebetulan sedang menulis cerita Betawi.

Semua tulisan beliau share ke facebook dan blog. Alhamdulillah, banyak yang senang dan meunggu tulisan berikutnya. Bahkan banyak teman literasi berdatangan karena beliau share ke seluruh grup guru.

Di tengah perjalanan menulis, tiba-tiba ada orang yang beliau kenal menghubungi lewat WhatsApp dan vicol. Siapa dia? Sudah tidak asing lagi bagi beliau, yaitu bapak Wijaya Kusumah (Om Jay). Om Jay memasukkan beliau ke grup pelatihan menulis gelombang 8. Walaupun dalam kondisi sakit, beliau mengikuti sebatas kemampuannya. Ketika beliau lelah, beliau berhenti mengikuti pelatihan namun materi beliau simpan di wordpress. Beliau tidak menyetor resume, tetapi ilmunya tetap dipakai untuk memperkaya tulisan. Maka lahirlah dua karya secara bersamaan.

Lelah, letih, pusing tak menghambat beliau untuk menulis setiap hari. Bagi beliau menulis mengalir begitu saja. Hingga beliaupun bingung dibuatnya. Seperti di dalam mimpi, hingga beliau pun sering bertanya pada diri sendiri, “Ini tulisan saya apa bukan?”

Hingga saat tulisan ini ditulis, beliau sedang menulis buku ke-4, ke-5, dan ke-6. Buku ke-4 sedang diusulkan di YTPD, buku ke-5 sedang diedit yaitu “Belajar Tak Bertepi” (kisah berguru dengan pakar dan resume yang belum dibukukan), kisah-kisah inspiratif mendidik diri. Sedangkan buku ke-6 sedang berjalan bagian ke-28 (novel Betawi) berjudul “Aisyeh Menunggu Cinte”.

“Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi”, turunan kalimat Om Jay terbukti ampuh. Gara-gara menulis dalam kondisi serba keterbatasan para youtuber menghapiri. Mereka tertarik dengan apa yang beliau lakukan sangat mengisnpirasi. Selain itu beliau juga mendapatkan tawaran menulis naskah pembelajaran PJJ.

“Menulislah setiap hari dan lihatlah rezeki menghapiri”, adalah kalimat yang beliau sampaikan. Dengan menulis setiap hari, beliau sampai lupa bahwa sedang dalam kondisi sakit. Hingga tiba-tiba tubuh beliau sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang cukup membahagiakan.

Beberapa langkah yang harus diketahui sebagai penulis pemula diantaranya adalah:

1.      Tulislah apa yang kita bisa dan kuasai.

Menulis apa yang kita bisa akan memudahkan kita untuk menulis. Mulailah dengan satu paragraf terlebih dahulu. Tidak perlu terlalu panjang. Gunakanlah bahasa yang sederhana, yang penting bisa dibaca dan dipahami.

2.      Mulailah dari apa yang pernah kita alami.

Menulis yang pernah kita alami akan lebih mudah tanpa harus mengeluarkan energi yang menguras pikiran. Tentunya harus terstruktur dan sesuai peristiwa.

3.      Buatlah tema agar fokus dalam tulisan.

Mengambil dari pernyataan Bapak Akbar Zaenudin, menulis kudu buat tema terlebih dahulu hingga seluruh isi buku temanya sama. Misalnya tentang motivasi, travelling, kuliner, dan lain-lain. Masukkan rumus 5 W + 1 H ke dalam tulisan.

4.      Kudu buat target dalam tulisan.

5.      Kudu punya semangat.

Jangan berharap apa yang kita inginkan akan tercapai jika tidak ada faktor semangat. Semangat

Ujian setiap manusi berbeda-beda. Ujian bukan untuk merendahkan, tetapi untuk dipersiapkan menjadi manusia unggul. Tentunya jika kita lulus ujian itu. Jangan banyak mengeluh dalam hidup ini. Selalu bersyukur dan dinikamti setiap ujian yang kita terima.

Kesuksesan bukan milik orang-orang yang cerdik pandai. Tetapi kesuksesan kepunyaan orang-orang yang mau berusaha lagi tekun. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika pekerjaan itu banyak orang bisa, pasti kita bisa. Jangan menunggu pintar baru menulis. 

Darik Kerinduan









Sendiri.


Sunyi, sepi 

Melanda hati.


Tiada kawan menemani

Suara 'klunting' kunanti

Tak jua berbunyi.


Bagaimana kabarmu di sana?

Gerangan, engkau sedang apa?

Tak sabar ingin kudengar

Namun engkau tak berkabar.


Meski raga tak bersua 

Namun rindu tetap setia 

Temani diri merajut asa

Sendiri membasuh duka, nestapa.


Di sini kumenanti

Masih selalu kunanti

Berita tak pasti.


Hingga nanti 

Bersua lagi.


Pasti.



Muara Rengas, 4 April 2021

Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...