Disampaikan oleh Bapak
Yulius Roma Patandean, S.Pd. guru SMAN 5 Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
Beliau adalah alumni Belajar Menulis Bersama Om Jay Gelombang 8. Tema yang
diusung merupakan pengalaman beliau dalam menunjang produktifitas menulis.
Buku-buku yang telah
berhasil beliau terbitkan adalah buku berjudul “Digital Transformasi” yang telah diterbitkan oleh Penerbit Andi
Kemudian meyusul buku berjudul “Filpped
Classroom” yang akan diterbitkan juga oleh Penerbit Andi. Kedua uku
tersebut adalah hasil kolaborasi dengan Prof. Richardus Eko Indrajit. Selain
kedua buku tersebut, buku “Guru Menulis Guru Berkarya” merupakan kumpulan
resume Pelatihan Menulis Belajar Menulis Bersama Om Jay gelombang 8 dan buku “Tetesan
Di Ujung Pena” merupakan buku kumpulan puisi yang beliau tulis di bulan September
– Desember 2020. Kedua buku yang terakhir diterbitkan di penerbit Indie.
Beliau meyakini bahwa
kita semua memiliki ide dan pengalaman yang bisa dituliskan. Memiliki karunia
untuk menulis. Tinggal bagaimana mengolah kedua hal itu menjadi penopang
tulisan yang terstruktur menjadi sebuah buku. Membuat resume materi-materi yang
telah disampaikan oleh narasumber adalah salah satu cara melatih keaktifan untuk
menulis. Jadikanlah menulis resume sebagai menu wajib sekaligus alarm bagi kita
untuk menulis. Mengapa harus resume? Tak lain jawabannya adalah karena resume
inilah yang paling mudah kita bahasakan saat kita mulai belajar menulis. Kontennya
sudah ada, tinggal diolah dan diberi bumbu kreatifitas mengolah kata-kata
sehingga bahasanya renyah untuk dibaca.
Menulislah tanpa beban,
seperti air mengalir dari ketinggian, dimana ia akan berhenti di tempat yang
datar untuk menjadi satu kumpulan yang besar. Demikian juga kata demi kata yang
dituliskan sedikit demi sedikit pada akhirnya akan terkumpul menjadi naskah
yang bisa dibukukan. Untuk membuat sebuah buku, menurut format aturan UNESCO
minimal isi buku adalah 40 halaman. Nah untuk membuat buku dengan standar ini,
menulis minimal 20 resume materi Pelatihan Menulis PGRI ini menjadi kewajiban
yang harus dilakukan. Apabila tiap resume menghasilkan masing-masing 5 halaman
ukuran kertas A5, maka 20 resume sudah menghasilkan 100 halaman naskah buku. Sehingga
seyogyanya kita selesaikan menulis resume dan mendapatkan mahkota menulis,
yaitu hasil karya ber-ISBN yang akan diabadikan oleh negara di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Bagaimana dengan penerbitannya? Kita bisa
megirimkan naskah ke penerbit Indie. Dimana penerbitan buku di penerbit Indie
relatif kebih cepat prosesnya.
Mengapa menulis harus
berbagi? Dengan membagikan praktik-praktik baik tentang menulis kepada orang
lain akan memberi motivasi pada kita untuk terus menulis. Walaupun harus diakui
bahwa motivasi menulis guru-guru tiap daerah berbeda-beda. Kita bisa membagikan
tulisan melalui blog di grup WA sekolah ataupun komunitas menulis dan media
sosial, juga ikut menuliskan artikel di laman guruberbagi.kemdikbud.go.id.
Selain itu kita juga
bisa berbagi dengan teman-teman kerja di sekolah, dan mengajaknya untuk
menulis. Supaya mereka termotivasi, kita berikan dulu bukti tulisan kita yang
sudah diterbitkan menjadi buku. Kita bisa menjadi pionir untuk mengkampanyekan
naik pangkat secara bermartabat melalui karya tulis kita, salah satunya menulis
buku ber-ISBN. Buku kumpulan resume yang telah diolah sedemikian rupa termasuk
dalam buku tentang pendidikan kemudian diterbitkan menjadi buku ber-ISBN bisa
digunakan untuk naik pangkat bagi guru PNS dengan nilai 3 angka kredit. Namun apabila
buku dicetak oleh penerbit yang tidak ber-ISBN nilai angka kreditnya 1,5.
Cerpen pun bisa dibukukan
menjadi buku kumpulan cerpen. Buku kumpulan cerpen ber-ISBN berisi minimal 10
cerpen termasuk dalam kategori kompleks dengan angka kredit 4. Kita juga bisa
menulis buku cerpen ber-ISBN kategori sederhana sebanyak minimal 5 cerpen
dengan angka kredit 2.
Bagaimana kiat-kiat
agar tulisan kita tidak berhenti ditengah jalan? Salah satu triknya adalah
dengan tetap menulis dan membuktikan karya kita. Jika mereka sudah melihat
hasil karya kita, sedikit demi sedikit akan tertarik mengikuti. Jadi kita coba
tanamkan mencoBa, Lakukan, Budayakan dan Konsisten (CLBK). Pantang mundur
sebelum ada karya.
Satu pesan yang dapat kita ambil dari narasumber kali ini adalah menulislah seperti air mengalir, setiap ada kendala selalu ada jalan keluarnya. Seperti air yang senantiasa mencari celah baginya untuk mengalir. Tantangan terbesar menulis adalah diri kita. Jadi, marilah kita kalahkan diri kita agar konsisten menulis di tengah keterbatasan yang melingkupi kita. Menulislah agar hidupmu bermakna, menulislah agar hidupmu berwarna, menulislah agar kau dikenal esok hari.