Disampaikan
oleh Bapak Suharto, S.Ag., M.Pd yang akrab dipanggil Cing Ato atau Cang Ato, guru
Fikih (PAI) di MTsN 5 Jakarta.
Awal
menulis beliau mulai ketika pada suatu hari sedang rame-ramenya istilah
literasi, hingga mengusik keingintahuannya. Apa sih literasi itu? Hingga beliau
harus membuka buku Kamus Bahasa Indonesia.
Mulailah
beliau berkelana ke dunia maya, mencari pelatihan literasi. Beliau mendapatkan
postingan tentang pelatihan menulis PTK dan tidak beliau sia-siakan, beliau
ikut pelatihan tersebut. Di situlah beliau megenal bang Namin, Om Jay, Om dedi,
Om Dian Kelana, dan lainnya.
Sekitar
tahun 2015-2016 beliau mengikuti acara mereka, diantaranya yaitu: penulisan
PTK, public speaking, dan writing camp bath 6. Slanjutnya, setiap kali
liburan sekolah beliau mencari pelatihan
walaupun berbayar dan jauh dari rumah serta harus meninggalkan keluarga
berhari-hari. Hasil dari pelatihan tersebut, beliau bisa membuat PTK dan buku
antologi.
Pada
Desember 2017, beliau mengikuti pelatihan Madia guru di daerah Cipanas. Dari pelatihan
ini beliau menghasilkan buku solo perdananya “Mengejar Azan”. Buku cerita
perjalanan hidup dalam menuntut ilmu. Saking bangganya hingga seorang teman
pelukis beliau minta untuk melukis bukunya tersebut dan belau pajang di ruang
tamu.
Namun
untung tak dapat diraih, tiba-tiba badai tornado memporak-porandakan
kebahagiaan beliau. Tepatnya tanggal 19 Juli 2018, seluruh badan beliau lumpuh
tak bisa bergerak. Bahkan bernafaspun tak bisa, dan secepatnya beliau ke rumah
sakit. Beliau terserang penyakit langka yaitu GBS (Guillain Barre Syndrome). Penyakit
yang mematikan seluruh syaraf hingga bernafaspun harus dibantu dengan mesin
ventilator dan oksigen.
Satu
tahun beliau tidak bisa bergerak sama sekali. Pulang dari rumah sakitpun masih
dalam kondisi sakit dan memakai oksigen. Dengan kepasrahan dan kesabaran istri
dan keluarga, akhirnya mulailah tangan kiri bergerak diikuti oleh tangan kanan.
Butuh waktu 6 bulan tangan bisa menyentuh wajah, sementara jari jemari masih
kaku. Tak banyak yang bisa beliau perbuat pada saat itu, kecuali menunggu
takdir dan keajaiban. Satu tahun setengah putus hubungan dengan dunia luar.
Pada
suatu ketika, beliau mendengan bunyi hp istrinya. Beliau minta perawat untuk
meletakkan hp tersebut di atas dadanya, sementara tempat tidur ditinggikan
sehingga belau bisa melihat hp. Beliau mencoba menyentuh layar hp dengan jari
yang kaku, ternyata bisa. Ketika istri beliau pulang dari mengajar, beliau
langsung meminta hp milik beliau. Alhamdulillah hp masih ada hanya kartunya
yang sudah tidak aktif. Saat itu istri beliau membelikan kartu baru. Akhirnya hp
beliau hidup kembali.
Beliau
melacak akun facebook selama tiga
hari baru ketemu. Sejak itulah beliau memposting kondisi beliau hingga seluruh
sahabat dan murid mengetahui kondisi beliau, hingga gelombang sahabat dan murid
berdatangan.
Selanjutnya
beliau berfikir, apa yang harus diperbuat agar hidupnya bermanfaat walaupun
dalam kondisi sakit. Berdasarkan pengalaman menulis buku perdana, beliau
menulis apa yang beliau bisa, kuasai, dan cukup dengan bahasa yang sederhana. Yang
penting bisa dibaca dan dicerna. Hingga akhirnya setiap hari beliau menulis
crita perjalanan penyakit yang beliau alami. Banyak follower yang menghampiri. Kemudian
untuk mengisi hari-hari yang kosong, beliau menulis artikel dengan satu tema
yaitu motivasi.
Beliau
menulis setiap ba’da subuh hingga pukul 07.00. Terkadang sambil terapi beliau
menulis, ketika hendak tidur hingga belum bisa tidur sebelum punya ide untuk
menulis. Jika kehabisan ide beliau membaca buku, melihat televisi, YouTube, tulisan orang lain, ikut
dengerin acara pak Mrio Teguh, pak Ari Ginanjar, bahkan beliau juga mendengar topeng,
lenong, lagu Betawi karena kebetulan sedang menulis cerita Betawi.
Semua
tulisan beliau share ke facebook dan blog. Alhamdulillah, banyak yang senang dan meunggu tulisan
berikutnya. Bahkan banyak teman literasi berdatangan karena beliau share ke
seluruh grup guru.
Di
tengah perjalanan menulis, tiba-tiba ada orang yang beliau kenal menghubungi
lewat WhatsApp dan vicol. Siapa dia? Sudah tidak asing lagi
bagi beliau, yaitu bapak Wijaya Kusumah (Om Jay). Om Jay memasukkan beliau ke
grup pelatihan menulis gelombang 8. Walaupun dalam kondisi sakit, beliau
mengikuti sebatas kemampuannya. Ketika beliau lelah, beliau berhenti mengikuti
pelatihan namun materi beliau simpan di wordpress.
Beliau tidak menyetor resume, tetapi ilmunya tetap dipakai untuk memperkaya
tulisan. Maka lahirlah dua karya secara bersamaan.
Lelah,
letih, pusing tak menghambat beliau untuk menulis setiap hari. Bagi beliau menulis
mengalir begitu saja. Hingga beliaupun bingung dibuatnya. Seperti di dalam
mimpi, hingga beliau pun sering bertanya pada diri sendiri, “Ini tulisan saya
apa bukan?”
Hingga
saat tulisan ini ditulis, beliau sedang menulis buku ke-4, ke-5, dan ke-6. Buku
ke-4 sedang diusulkan di YTPD, buku ke-5 sedang diedit yaitu “Belajar Tak
Bertepi” (kisah berguru dengan pakar dan resume yang belum dibukukan),
kisah-kisah inspiratif mendidik diri. Sedangkan buku ke-6 sedang berjalan
bagian ke-28 (novel Betawi) berjudul “Aisyeh Menunggu Cinte”.
“Menulislah
setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi”, turunan kalimat Om Jay terbukti
ampuh. Gara-gara menulis dalam kondisi serba keterbatasan para youtuber menghapiri. Mereka tertarik
dengan apa yang beliau lakukan sangat mengisnpirasi. Selain itu beliau juga
mendapatkan tawaran menulis naskah pembelajaran PJJ.
“Menulislah
setiap hari dan lihatlah rezeki menghapiri”, adalah kalimat yang beliau
sampaikan. Dengan menulis setiap hari, beliau sampai lupa bahwa sedang dalam
kondisi sakit. Hingga tiba-tiba tubuh beliau sedikit demi sedikit mengalami
perubahan yang cukup membahagiakan.
Beberapa
langkah yang harus diketahui sebagai penulis pemula diantaranya adalah:
1.
Tulislah apa
yang kita bisa dan kuasai.
Menulis apa yang
kita bisa akan memudahkan kita untuk menulis. Mulailah dengan satu paragraf
terlebih dahulu. Tidak perlu terlalu panjang. Gunakanlah bahasa yang sederhana,
yang penting bisa dibaca dan dipahami.
2.
Mulailah dari
apa yang pernah kita alami.
Menulis yang
pernah kita alami akan lebih mudah tanpa harus mengeluarkan energi yang
menguras pikiran. Tentunya harus terstruktur dan sesuai peristiwa.
3.
Buatlah tema
agar fokus dalam tulisan.
Mengambil dari pernyataan
Bapak Akbar Zaenudin, menulis kudu
buat tema terlebih dahulu hingga seluruh isi buku temanya sama. Misalnya tentang
motivasi, travelling, kuliner, dan lain-lain. Masukkan rumus 5
W + 1 H ke dalam tulisan.
4.
Kudu
buat target dalam tulisan.
5.
Kudu
punya semangat.
Jangan berharap
apa yang kita inginkan akan tercapai jika tidak ada faktor semangat. Semangat
Ujian
setiap manusi berbeda-beda. Ujian bukan untuk merendahkan, tetapi untuk dipersiapkan
menjadi manusia unggul. Tentunya jika kita lulus ujian itu. Jangan banyak
mengeluh dalam hidup ini. Selalu bersyukur dan dinikamti setiap ujian yang kita
terima.
Kesuksesan bukan milik orang-orang yang cerdik pandai. Tetapi kesuksesan kepunyaan orang-orang yang mau berusaha lagi tekun. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika pekerjaan itu banyak orang bisa, pasti kita bisa. Jangan menunggu pintar baru menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar