Kamis, 01 April 2021

Menulis Semudah Ceplok Telur

 


Disampaikan oleh Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H Guru PKn SMP Negeri 2 Nekamese, Kabupaten Kupang, NTT pada 

“Sebab kunci sukses seorang penulis adalah rajin membaca”, tulisan ini beliau dapatkan dari upline beliau di HNI HPAI Ibu Niniel dari kota Surabaya.

 Hukum Pengulangan (The Law of Repetition)

Perubahan kecil 1% menghasilkan perbedaan besar. Sering kali kita meyakinkan diri bahwa kesuksesan yang besar menuntut aksi yang besar pula. Kita memberi diri sendiri beban berat untuk membuat perubahan seakan-akan mengguncang bumi atau membuat terkenal. Perbaikan 1% sesuatu yang tak terasa (kadang malah tak terlihat). Perbaikan 1% dilakukan secara berlanjut dalam waktu lama bisa sangat dahsyat menentukan perubahan.

Matematikanya begini, jika kita bisa 1% lebih baik setiap hari dalam setahun, akhirnya kita akan 37 kali lebih baik pada penghujung tahun. Sebaliknya, jika kita 1% lebih buruk setiap hari dalam setahun, kita akan memburuk hampir menjadi nol.

Perbaikan 1% menjadi kebiasaan dan dijadikan kebiasaan dari waktu ke waktu. Kebiasaan adalah bunga majemuk dalam perbaikan diri. Pengaruh kebiasaan menjadi berlipat-lipat sewaktu diulang-ulang kebiasaan itu. Ingat hukum pengulangan (the law of repetition).

Perubahan yang dihasilkan pada suatu hari tertentu mungkin terkesan kecil, tapi dampak yang terjadi setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun bisa dahsyat. Apa yang terjadi hari ini terhadap diri kita adalah akumulasi kebiasaan berulang selama dua, lima, atau sepuluh tahun yang lalu. Sehingga penting memilih yang 1% lebih baik atau 1% lebih buruk setiap hari, karena dalam rentang waktu yang akan datang pilihan tersebut menentukan perbedaan antara siapa kita sekarang dan siapa kita nanti. Sukses adalah produk kebiasaan sehari-hari, bukan transformasi yang hanya sekali seumur hidup.

Sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, “Dan ketahuilah bahwasannya amalan yang palin dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Muslim 2818)

Bayangkan saja, jika mulai hari ini kita memiliki komitmen untuk mau menulis walaupun hanya sedikit, lama-lama akan menjadi bukit. Tulisan kita akan menjadi berbuku-buku.

Bu Lilis adalah produk dari kelasnya Om Jay, dan sekarang beliau memiliki kelas sendiri dengan nama Kelas WAG MBI (Kelas WhatsApp Group Menulis Buku Inspirasi). Beliau tidak berjalan sendirian, tetapi bersama peserta dalam kelasnya Om Jay juga yang ketika itu menjadi peserta.

Ketika beliau menjadi narasumber, beliau memberikan hadiah kepada peserta yang menulis rangkuman materi dari beliau dan memasukkan ke dalam blog, lalu dibagikan ke facebook beliau. Dari kegiatan itu beliau cukup dibuat repot juga, hingga lama untuk menentukan pemenangnya.

Setelah didapat pemenangnya, beliau mengajak para pemenang tersebut menjadi moderator, lalu narasumber, lalu editor buku. Kereeen. Dulunya mereka (para pemenang) bilang menulis itu sulit. Bahkan sangat sulit sekali. Tetapi sekarang, sebagai narasumbernya yang pernah share ilmu, beliau merasa kalah jauh. Beliau merasa tertinggal jauh hingga membuat beliau merasa malu sendiri.

Dengan semangat juang 45 dan juga semangat juang R.A. Kartini pelopor wanita Indonesia beliau yang baru, bisa menulis 1 buku dalam waktu tiga bulan. Buku yang tercetak seribu buku tersebut habis terjual. Kemudian beliau mulai melirik kiri kanan, apa yang bisa diperbuat untuk meberikan motivasi kepada saudara-saudaranya untuk mengajak orang bisa menulis buku dengan mudah. Menulis buku ber-ISBN tentunya.

Ketika pertama kali menjadi narasumber nasional, beliau dibayar oleh Om Jay dengan 3M. Dengan honor 3M tersebut, membuat beliau mendadak kaya. Kaya ilmu, kaya teman, kaya pengalaman, dan kaya hati untuk selalu berbagi. Karena Om Jay telah memberinya 3M dengan ikhlas tanpa pamrih sedikitpun, maka beliau akan membalasnya dengan 5M kepada paserta Belajar Menulis dalam kelas beliau.

Belajar dari tayangan inspiratif Indosiar dengan acara andalan LIGA DANGDUT, beliau membuat panggung Kelas WAG MBI seperti itu. Para peserta diklat, pemenangnya beliau ajak ke NTT dalam panggung kecil berkelas dunia untuk menjadi narasumber menulis buku ber-ISBN. Ketika para sahabat literasi beraksi, beliau memantau dari depan laptop di pesisir pantai Namosain, Kota Kupang, NTT dengan penuh haru dan berlinangan air mata.

Selain itu, beliau juga memotivasi peserta satu persatu untuk menulis buku sendiri, bukan buku antologi. Ketika sudah memiliki buku sendiri, beliau meminta mereka menulis Endorsemen Buku bagi teman-temannya yang baru mulai menulis. Ada tingkatan dari belajar menulis, menjadi moderator, menjadi narasumber, menjadi penulis buku solo karier, lalu menulis Endorsemen Buku.

Beliau terlahir sebagai penulis dari AGUPENA NTT (Asosiasi Guru Penulis Indonesia Wilayah NTT) di bawah bimbingan  Bapak Thomas Akaraya Sogen, S.Pd, MBA pengawas Bahasa Inggris SMP Kabupaten Kupang dan ketua AGUPENA NTT. Dan besar bersama PGRI Pusat, Om Jay.

Banyak yang meragukan, keterampilan menulis belum paham betul sudah menjadi editor buku. Tetapi beliau terus mengawal sahabat literasi untuk menjadi penulis handal dan profesional. Bersama beliau salah satu lulusan dari kelas Menulis Bersama Om Jay yang telah populer di blantika literasi dan dunia perbukuan di Nusa Tenggara Timur.

Banyak hal yang bisa kita tuliskan. Apa saja bisa menjadi topik dalam tulisam kita. Misalnya saat ini, kita bisa menuliskan kisah inspirasi ketika pandemic covid-19 melanda Indonesia.

Ketika kita memulai menulis pasti menjadi buku, apa yang kita tuliskan? Kisah inspirasi yang bagaimana? Kisah inspirasi yang serius boleh, yang lucu juga boleh. Intinya bahwa kita menulis, sebab menulis itu semudah ceplok telur. Tuk Byaarrrr. Begitu diketuk kulit telurnya, maka keluarlah isi telur ke dalam wajan (penggorengan) dan langsung dihidangkan di meja makan. Seperti itulah semangat juang beliau memberikan motivasi kepada sahabat literasi nusantara dalam menulis buku.

Intinya adalah kemauan untuk menulis. Anda mau? Pasti ada jalan. Jangan pernah berpikir ini, itu, dan lain sebagainya. Karena hal inilah yang mebuat kita tidak bisa jalan. Tanpa membaca jangan pernah bermimpi kita akan menjadi penulis! Itu hal yang mustahil akan terwujud.

Langkah seribu diawali dari langkah pertama. Ketika kita mulai melangkah, yang harus kita perhatikan adalah tujuan kita melangkah mau kemana? Dalam perjalanan ada kerikil dan batu yang menghadang, itu hal yang biasa dalam hidup ini.

Apabila di luar sana mungkin nama kita dipandang buruk, karena tulisan kita. Bisa jadi karena fitnah, pandangan subjektif orang-orang yang iri hati. Janganlah rendah diri, tetaplah semangat. Tetaplah berbuat kebajikan. Dan tetaplah menulis.

Mari mulai berani menulis. Belajar menulis dalam komunitas yang membawa kita menjadi penulis buku ber-ISBN. Seperti quote dari Pramoeya Ananta Toer berikut ini “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”. “Sebagai pengarang saya lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik”.

Mari menulis, sebab “Menulis itu semudah ceplok telur” (Lilis Sutikno). “Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai akhir, agar cinta kita tersampaikan dengan sempurna maka menulislah” (Lilis Sutikno). “Menulis adalah berteriak kepada dunia tanpa suara” (Lilis Sutikno).

Dalam menulis tugas kita adalah menulis, tulis...tulis...tulis...dan tulis...tulis...lalu tulis...tulis...terus menulis. Kelemahan kita sebagai penulis adalah membaca sebelum tulisan kita selesai. Hal ini membuat kita malas mau melanjutkannya lagi. Tulis saja apa yang ada di hati kita, tentang kita, tentang sekeliling kita. Jadi kunci menulis adalah nulis...nulis...dan nulis. Ingat jangan dibaca! Bacanya nanti ketika sudah 2 atau 3 hari, baru dibaca ulang dan direvisi denganmembaca do’a yang khusu’ agar tulisan kita diberkahi Allah.

Kunci menulis adalah membaca. Semakin banyak membaca maka akan semakin mudah menulis. Jangan pernah bermimpi menjadi penulis hebat jika tidak mau membaca.

Cara menghindari godaan “serakah” dalam menulis, tergoda untuk menulis hal lain padahal satu naskah belum tuntas sehingga banyak tulisan yang lahir prematur atau bahkan tak jadi lahir adalah dengan membuat Bank Tulisanku. Tulisan-tulisan yang prematur tersebut biarkan saja ada di Bank Tulisanku. Nanti jika ada kegiatan nuber (nulis bareng) atau nulis buku antologi ikutkan saja. Tinggal poles sana poles sini. Jika buku antologi kita sudah banyak, kumpulkan jadi satu buku.

Sehebat apapun kita jika tidak menulis semua akan hilang ditelan zaman. Jika kita bisa menulis dan meninggalkan jejak kita, orang akan mengenang kita dalam setiap tulisan kita. Dan sebaik-baik menulis adalah jika kita menulis kisah inspirasi yang dapat memberikan teladan kepada semua umat di bumi ini.

 

10 komentar:

  1. Terima kasih, sangat lengkap sekali. Semoga bisa bergabung dengan bunda sebagai Narasumber KELAS WAG MBI di NTT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...terimakasih Bunda...bangga sekali tulisan saya mendapat apresiasi langsung dari Bunda. Mohon bimbingannya selalu...

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terimakasih pak D, mohon bimbingannya terus yaaa...

      Hapus
  3. Super tenan .. sukses sllu pak Irun

    BalasHapus
  4. Mungkin ini lah bakat mu selama ini pak Irun...g nyangka bisa jd penulis... next penulis novel atau cerpen ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😄😄 terimakasih Bu...pengen nulis cerpen,masih ngumpulin ide..

      Hapus

Refleksi Intervensi Program Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu

Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Beston Palembang pada tanggal 3-5 Desember 2023. Pengalaman tersendiri tentunya bisa ikut men...