Disampaikan
oleh naraumber sekaligus penulis hebat, Bapak Dr. Ngainun Naim, M.H.I seorang
dosen di IAIN Tulungagung Jawa Timur.
Materi
yang disampaikan adalah tentang Kunci Menuju Sukses Menulis. Beliau menyatakan
bahwa kunci itu alat. Sebagai alat ia berfungsi untuk membuka “pintu”. “Pintu”
dalam hal ini adalah menulis itu sendiri. Mengikuti kelas menulis beliau ibaratkan
sebagai usaha untuk mendapatkan kunci. Sangat mungkin dari sini kita
mendapatkan kinci menulis.
Sebagai
alat kita bisa mendapatkan pengetahuan tetapi pengetahuan itu sebatas
pengetahuan. Aspek yang penting sesungguhnya adalah bagaimana kalau ingin
sukses menulis kunci pertama ya harus digunakan setelah mendapatka ilmu digunakan
untuk menulis. Kalau tidak diguakan untuk menulis tentu tetap tidak akan bisa
menulis walaupun pengetahuannya sudah sangat banyak.
Kunci
sukses itu adalah mempraktekkan teori. Menurut beliau, menulis itu setidaknya
dibingkai oleh 6 kunci. Kunci pertama adalah motivasi. Motivasi ada dua jenis, motivasi yang bersifat internal dan
motivasi yang bersifat eksternal.
Sebagai
contoh, banyak mahasiswa yang bisa mengerjakan skripsi hanya dalam waktu
sebulan karena terdesak deadline. Wartawan
bisa menulis hanya dalam satu jam sebelum deadline. Jadi deadline itu adalah faktor eksernal yang membuat seseorang bisa menulis.
Pada
kasus tertentu, deadline itu penting
agar sebuah tulisan bisa selesai. Tetapi hal ni tidak bagus untuk terbangunnya
tradisi menulis. Tradisi menulis itu akan terbangun secara kokoh karena
seseorang memiliki motivasi internal. Motivasi yang berasal dari dalam diri
sendiri.
Kita
bisa menjadikan menulis sebagai tradisi dengan membangun motivasi internal,
yaotu dengan cara membuat deadline untuk diri kita sendiri. Motivasi terdekat
adalah memudahkan urusan karir kita sebagai guru. Jika kita memiliki tradisi
menulis, urusan karir akan lancar. Selain itu bia juga moyivasinya adalah
materi. Seorang penulis yang rajin menulis biasanya akan mendapatkan keuntungan
materi yang lumayan.
Kunci
menulis kedua menurut pengalaman personal beliau meyakini bahwa menulis itu anugerah. Beliau meyakini bahwa orang
yang bisa menulis adalah makhluk langka. Mengapa demikian? Karena tak banyak
orang yang bisa menulis. Bisa menulis adalah anugerah yang sangat luar biasa
yang harus disyukuri bahwa bisa menulis adalah suatu hal yang langka maka mari
kita rawat tradisi menulis kita syukuri sebagai anugerah tanpa berfikir bahwa
apa yang ditulis adalah hal yang ilmiah. Hal-hal sederhana dari pengalaman
sehari-hari sepanjang kita tulis akan memberikan berkah manfaat buat kita.
Beliau
sering menyimak dan mengunjungi blog kawan yang isinya sangat bervariatif. Apapun
isinya menurut beliau adalah prestasi dan anugerah.
Kunci
ketiga, menulis memberi banyak keajaiban
dalam hidup. Beliau mengalaminya sendiri, beliau bisa pergi ke berbagai daerah
di Indonesia bahkan ke luar negeri karena menulis. Beliau juga selalu lancar
mengurus kenaikan pangkat karena basis menulis beliau yang cukup baik. Hal tersebut
adalah anugerah luar biasa yang tidak pernah terduga dalam kehidupan.
Pada
bulan Desember 2019 beliau mendapatka kesempatan studi selama 12 hari di Brunei
Darussalam, gratis. Hal itu juga anugerah karena beliau memiliki tradisi menulis.
Keyakinan tersebut masih terus dipertahankan hingga saat ini. Mengenai uang,
royalti, dan sejenisnya beliau anggap efek samping dari tradisi menulis.
Kunci
keempat, tidak mudah menyerah. Hal ini penting sekali. Banyak orang yang ingin
menulis lalu mulai mencoba menulis, dapat satu halaman lalu mentog, sulit berusaha lagi lalu
berhenti. Dan itu tidak hanya satu dua orang saja, bahkan dari banyak komunitas
yang beliau dampingi akhirnya terjadi seleksi alam. Hanya mereka yang tidak
mudah menyerah saja yang berhasil menjadi seorang penulis dalam arti yang
sesungguhnya. Menulis itu tidak sesederhna yang dilihat, karena menulis itu
butuh komitmen, menulis itu butuh perjuangan. Tetapi jika menulis sudah menjadi
tradisi, tidak menulis itu adalah siksaan, ada yang kurang didalam kehidupan
ini. Ingin menulis dan menulis tanpa henti tanpa jeda.
Kunci
kelima, berjejaring. Perbanyak silaturrahim
dengan sesama penulis. Dengan orang yang berkompeten dalam kepenulisan. Lewat komunikasi,
lewat silaturrahim, ada banyak hal yang kadang tidak terduga. Kadang muncul
ide, kadang muncul pemikiran, kadang muncul program dan hal lainnya. Mari merawat
jaringan karena dengan banyaknya jaringan maka dunia menulis tidak akan sepi
gagasan.
Forum
semacam workshop, pelatihan, ataupun bimbingan-bimbingan teknis itu penting. Tetapi
kembali kepada kunci yang pertama, fungsinya sebagai faktor eksternal, stimulus
eksternal. Mungkin setelah kegiatan semacam ini kita masih bersemangat dan itu
agus, tetapi mari segera transfornasikan dari semangat eksternal itu menjadi
semangat internal dan jangan mudah menyerah. Terus menulis, sesedikit dan
sesederhana apapun, jika hal tu sudah kita lakukan dengan penuh komitmen dan tidak kenal menyerah maka buku demi buku akan
bisa kita hasilkan tanpa terasa.
Kunci
keenam, menulis sebanyak-banyaknya. Dalam teori motivasi
menyebutkan hukum sepuluh ribu jam. Artinya orang yang sudah melakukan sebuah aktivitas
sampai sepuluh jam pasti terampil. Jika kita baru menulis satu judul lalu
kesulitan itu adalah hal biasa. Tetapi jika kita sudah menulis setiap hari
selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, kesulitan akan jauh lebih terurai
dibandingkan dengan ketika belum banyak menulis.
Ibarat
mengendarai sepeda motor, jika hanya diajarkan teori maka tidak akan bisa
mengendarai sepeda motor. Bersepeda motor jika baru sehari dua hari tentu aja
masih kaku karena menyambungkan antara teori dengan praktek tidak sesederhana
itu. Tetapi jika kita sudah terampil mengendarai sepeda motor, semua teori itu
tidak berguna karena semua sudah reflek, semua sudah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari diri.
Itulah
yang disebut dengan skill menulis sebanyak-banyaknya, ketika antara teori dan
praktek sudah menyatu menjadi bagian yang tidak terpisah. Semakin banyak
menulis maka peluang sukses semakin besar.
Untuk
menjaga agar tetap fokus dengan satu ide menulis buatlah mapping atau pemetaan semacam outline yang diperjuangkan untuk
diselesaikan. Meski sedikit demi sedikit. Untuk membangun konsistensi bersemangat
menulis dan produktif adalah milikilah motivasi untuk menulis, misalnya ingin
mewariskan sejarah melalui apa yang kita tulis berupa karya buku.
Penulis
dikategorikan menjadi empat kategori. Pertama,
penulis yang tidak menulis, tetapi memindah tulisan orang lain menjadi tulisan
sendiri. Kedua, penulis seperti seorang penjahit
yang tugasnya memotong-motong kain lalu menghubungkan antar kain itu dengan
jahitan. Fungsi menulis adalah menyambungkan antar kutipan. Langkah
yang dilakukannya mencari referensi buku-buku lalu memindahkan ke dalam
tuliannya. Penulis jenis kedua masih rawan dengan plagiasi.
Ketiga, penulis seperti perajut yang membawa benang yang belum
dibentuk lalu diurai menjadi bentuk baru. Caranya sebelum mengutip, baca
terlebih dahulu apa yang mau dikutip setelah itu ditutup, dipikir, lalu disusun
dalam kalimat sendiri. Keempat,
penulis pencipta gaya yaitu penulis yang sudah berada pada level penulis hebat
seperti Pramoedya Ananta Toer, atau penulis-penulis besar lainnya. Kita cukup
berada di satu, dua, tiga, dan memahaminya.
Bagaimana cara menanamkan kesantunan dalam pemanfaatan media digital? Kesantunan berkaitan dengan atitude atau kebiasaan. Kebiasaan itu bisa kita bangun dari hal-hal yang sederhana. Bisa dimulai dari diri sendiri, dari keluargadan yang paling penting dalam bermedia sosial adalah kontrol diri.
Langkah-langkah membuat kata pengantar yang baik antara lain, buat main mapping (peta pikiran) terlebih dulu apa yang akan disampaikan di dalam kata pengatar tersebut. Kemudian cari referensi pendukung yang sesuai, membuat kata pengantar sesuaikan dengan bidang yang dikuasai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar