Ketika menginjak kelas 6 sekolahku dipindah ke sebuah kota dingin di Jawa Tengah. Salatiga nama kotanya. Sebagai anak baru, pindahan dari desa lumayan kaget juga dengan suasana di kota. Yang tepat lumayan heran sih. He..he.. Suasana di kota sangat jauh dibandingkan dengan suasana di desaku. Apalagi jaman itu masih tahun 1993 aku pindah sekolah ke kota Salatiga. Bisa dibayangkan bagaimana suasana saat itu.
Slogan budaya antre tidak hanya kudapatkan di bangku sekolah saja. Namun, hampir di setiap tempat pelayanan publik menempelkan slogan "budaya antre" ini di dinding ruangan yang mudah terlihat oleh orang banyak (pengunjung). Sebut saja misalnya di kantor pos, bank, atau di tempat-tempat umum lainnya. Slogan yang ketika itu hanya kudapatkan dalam materi pelajaran di bangku sekolah kutemukan di dunia nyata.
Slogan "budaya antre" dibuat dalam upaya untuk menertibkan para konsumen/pengunjung supaya tidak berebut saling dahulu mendahului untuk minta dilayani. Pada masa itu belum pelayanan masih manual. Beda seperti sekarang, semua sudah serba menggunakan mesin. Jika kita berkunjung ke bank atau pelayanan publik lainnya misalnya, begitu masuk ruangan tinggal mencet tombol nomor antrean di mesin tersebut sehingga keluarlah nomor antrean kita. Setelah mendapatkan nomor tersebut kita bisa menunggu sambil duduk di bangku yang disediakan dalam ruangan tersebut.
Budaya antre pun sangat layak untuk kita perkenalkan kepada anak-anak didik kita sedini mungkin. Bahkan kepada siswa baru kelas satu pun harus mulai diperkenalkan budaya antre ini, supaya anak-anak didik kita terbiasa dengan kebiasaan antre ketika menunggu giliran dirinya tiba. Baik itu dalam menyetorkan tugas kepada bapak atau ibu gurunya ataupun dalam kegiatan yang lainnya, sehingga mereka akan terlatih dari kecil.
Selain itu budaya antre juga mengajarkan kita akan arti sebuah kesabaran. Tak jarang ketika kita mengurus sesuatu hal yang mana dituntut untuk cepat selesai sering kali kita merasa kurang sabar menunggu antrean. Sehingga yang timbul sikap menggerutu mengapa lama sekali gilirannya tiba. Kita bisa mengisi waktu menunggu antrean dengan hal-hal yang positif. Misalnya mencari artikel-artikel yang bermanfaat menggunakan gawai, mengikuti kulwa, atau hal positif lainnya.
Dengan menatati slogan budaya antre yang sudah ditetapkan maka akan tercipta ketertiban dalam lingkungan tersebut dan pekerjaan pun akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu mari kita tetap selalu membudayakan antre, juga selalu mengajarkan budaya antre kepada anak-anak kita, baik anak-anak kita di rumah ataupun anak-anak didik kita di sekolah.
#salamliterasi
#salamKamisMenulis
Budaya antre harus merambah ke seluruh lapisan masyarakat agar tercipta ketertiban.
BalasHapusBenar Bun...terimakasih.
HapusBudayakan antre, ya! Jika ada perugas yang tidak adil, tegur!
BalasHapusSiap Pak D 😀
HapusPR besar terutama mengajarkan kepada anak sendiri yang masih balita. Tujuannya biar bisa kebawa hingga ke sekolahnya dan sekitarnya.
BalasHapusSlogan yaaa... hmm, slogan tinggal slogan.
BalasHapusEgo yang diredam, dapat mensukseskan slogan tersebut
Mantaf bu sukses srlalu🤲
BalasHapusAntre...simpel tapi susah dilaksanakan...ðŸ¤ðŸ¤
BalasHapusBudaya antre harus diterapkan juga di rumah, agar kita terbiasa. Terutama untuk anak-anak dan kita sebagai orang tua harus memberikan contoh untuk mereka. Ayo tanamkan budaya antre sejak dini.
BalasHapusTantangan kita selaku pendidik, untuk mengajarkan sikap sabar dan sadar antre..
BalasHapusAntre itu memang sebenarnya membosankan, karena kita sejatinya ingin didahulukan. Namun, bisa diisi dengan membaca buku misalnya, atau membaca Al-Qur'an seandainya dibawa. Itu lebih positif dan tidak membuang-buang waktu.
BalasHapusSemoga bukan hanya slogan aja ya Pak. Harus dimaknai. Jos.
BalasHapusAyo kita dukung kegiatan budaya antre agar negara bisa lebih maju dan sejahtera
BalasHapusBiasakan dan budayakan antre bukan sekadar slogan.
BalasHapus